Persoalan sampah di Indonesia sudah saatnya menjadi prioritas bagi pemerintah untuk segera ditangani. Pasalnya, sudah banyak Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang melebihi kapasitas karena terus terisi setiap hari. Berdasarkan data KLHK pada tahun 2020, sekitar 67,8 juta ton sampah terkumpul. Dari seluruh sampah, 37,39% atau ⅓ nya berasal dari aktivitas rumah tangga [1].
Isu sampah menjadi isu nasional yang harus dihadapi bersama para pihak. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga para produsen dan masyarakat. Upaya dan tindakan yang perlu dilakukan oleh para pihak harus bersifat holistik dan berkelanjutan sehingga kita dapat memastikan pengurangan dan pencegahan sampah tidak hanya momentum belaka, tetapi menjadi sebuah kebiasaan baru bagi masyarakat.
Zero Waste Cities hadir sebagai solusi persoalan sampah di Indonesia dengan 3 prinsip, yaitu pemilahan sampah dari rumah, sistem pengumpulan terpilah dan pengomposan sedekat mungkin dari sumber. Tiga hal tersebut apabila diterapkan di kawasan, akan membantu mengurangi sampah secara signifikan dan membantu para pihak dalam pengelolaan sampah di tahap selanjutnya.
Pemilahan Sampah sejak dari Rumah Memudahkan Petugas Sampah untuk Mengelolanya
Inti dari persoalan sampah adalah tercampurnya sampah dan timbulnya berbagai macam masalah seperti bau yang menyengat, kotor dan sumber penyakit. Petugas sampah seringkali menjadi korban, seperti yang dialami mendiang pak Udin, petugas sampah yang bertugas di sebuah kelurahan di Kota Bandung. Alm Pak Udin sempat terpapar penyakit pernafasan dan tertusuk tusuk sate yang dibuang sembarangan oleh warga [2].
Solusi dari persoalan tersebut sebenarnya sangatlah mudah, bahkan tidak memerlukan usaha besar bagi masyarakat. Dengan pengangkutan sampah terpilah, tidak ada lagi kisah sampah pilahan warga yang dicampurkan lagi oleh petugas sampah. Hal ini akan membantu memudahkan para petugas sampah dan juga mengurangi resiko paparan penyakit yang harus diterimanya menjadi berkurang.
Pengolahan Sampah Lebih Mudah dilakukan bila Sampah sudah Terpilah
Pengumpulan sampah terpilah akan memudahkan seluruh stakeholder dalam mengurangi jumlah sampah yang perlu diangkut ke TPA. Sampah yang sudah terpilah sejak dari sumber (setidaknya menjadi 2 jenis yaitu organik dan anorganik) akan mempermudah pengelolaan selanjutnya.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, dalam diskusi virtual pada Festival Peduli sampah Nasional 2021, “Upaya pemilahan sampah dari rumah, dari sumber itu sudah menjadi keharusan, sudah menjadi kebiasaan harusnya. Sehingga dengan demikian kalau diolah di hilirnya itu akan lebih mudah,” [3]
Kompos Bebas dari Kontaminan bila Sampah Organik Terpilah Sejak dari Sumber
Pemilahan sampah yang dilakukan dengan baik juga akan membuat kompos diolah dan diproses tanpa adanya campuran kontaminan. Secara umum, kontaminan merupakan bahan-bahan yang tidak dikehendaki yang akan mengganggu proses pengomposan dan mencemari tanah. Bila tanah bercampur dengan kontaminan, tanaman yang ditanam dengan kompos tersebut ikut tercemar dan kekurangan nutrisi.
Sebagai contoh, hasil uraian sampah plastik yang berubah bentuk menjadi mikroplastik (ukuran <1 mm), akan mengganggu proses pengomposan dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa penelitian yang belum lama diterbitkan pada tahun 2020, terkait adanya mikroplastik yang ditemukan dalam buah dan sayuran [4]. Diduga akibat tertimbunnya sampah plastik di tanah, menguraikan plastik menjadi mikroplastik dan akhirnya masuk kedalam sayuran dan buah yang ditanam pada tanah tersebut.
Apabila sampah sudah terpisah sejak awal, tanah tidak akan tercemar oleh mikroplastik dan sayuran yang tumbuh tidak terganggu. Secara otomatis, makanan yang sampai di meja makan kita akan terhindar dari polutan tersebut.
Kemudahan-kemudahan yang dirasakan oleh adanya pengumpulan sampah terpilah di kawasan tidak lain akan membantu pemerintah daerah untuk menekan biaya proses pengolahan dan pengangkutan. Yang terpenting dari itu semua, masyarakat dan pemerintah bisa sama-sama saling bahu membahu mewujudkan lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah.
Sumber :
[1] Data KLHK 2020 https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/
[4] https://www.plasticsoupfoundation.org/en/2020/06/new-studies-microplastics-found-in-fruit-and-veg/
Grafik komposisi sampah: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/ (4 Februari 2024) Seperti yang dapat kita lihat pada grafik di atas, sisa makanan masih merajai komposisi sampah di Indonesia. Rumah
Kamis, 25 Januari 2024 Situasi krisis sampah yang terjadi pasca kebakaran Tempat Pembuangan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS) Sarimukti pada bulan Agustus 2023, menjadi momentum
Tanggal 5 Juni 2023 merupakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Hari tersebut ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Penetapan tersebut agar dapat meningkatkan kesadaran dan
(Dokumentasi : Kegiatan Waste Analysis and Characterization Study (WACS) dan Brand Audit (BA). Kegiatan berada di kawasan berpengelola Kota Cimahi 2022 bersama staf dan relawan YPBB)
Belajar memperbaiki barang membutuhkan waktu dan dedikasi, tetapi itu bukan tidak mungkin. Alih-alih membeli yang baru, sebetulnya kamu dapat meningkatkan umur panjang perangkat atau barang
Pemanasan global merupakan isu yang muncul sejak beberapa dekade terakhir. Bumi menghangat dan kini kenaikan suhunya diperkirakan mencapai lebih dari 1.5⁰C jika tak ada upaya yang
Tidak terbayang rasanya jika di perumahan kita tidak ada petugas sampah. Meski tampaknya hanya mengangkut sampah dari setiap bak sampah di rumah kita, ada fakta lain
YPBB menyelenggarakan pelatihan online Rencana Teknis Pengelolaan Sampah (RTPS) untuk Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpilah dan Terdesentralisasi secara daring pada Rabu hingga Jum’at, 20
Tata kelola persampahan di Kota Bandung yang mengusung prinsip Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan (Kang Pisman) masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Pengembangan program Zero Waste Cities
YPBB kembali mengadakan Training of Trainers (ToT) Zero Waste Lifestyle di penghujung Tahun 2021. Agenda ini dilakukan dalam rangka menyiapkan para trainer untuk dapat memberikan
Peluang khusus untuk bergabung menjadi Relawan Trainer YPBB kembali dibuka! YPBB percaya bahwa upaya penyelamatan lingkungan dan keberlanjutan bumi bisa berhasil bila masyarakat ikut terlibat
Berbagai bencana yang diakibatkan oleh sampah bermunculan di berbagai kota. Tragedi longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah pada tahun 2005, yang memakan korban ratusan jiwa