Tulisan berikut adalah cerita pengalaman dari Anil, salah satu anggota komunitas MARKINON yang dikopi dari blognya dan sedikit mengalami penyuntingan. Tulisan ini dibuat setelah Anil mengikuti acara MARKINON di SMA Al Bidayah.Buat Anil, terimakasih untuk tulisannya … buat teman-teman, silahkan menikmati…dan tetaplah ber MARKINON!
Hari ini, Rabu, 22 Desember 2010, kami dari komunitas MARKINON (MARi KIta NONton) mengadakan pemutaran film dan diskusi tentang plastik di SMA Al Bidayah. Sebuah sekolah yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Ini kali ketiga komunitas MARKINON menggelar kegiatan di luar acara rutinnya.
Wah, bagaimana ceritanya, kami bisa sampai ke sekolah tersebut? Pengurus PPLCB alias Perpustakaan Pengelola Lingkungan Cibungur yang penuh semangat menghubungi kami untuk mendapatkan materi 3R (reduce, reuse, recycle). Pada awalnya mereka meminta kami memberikan pelatihan. Tapi sodara sodari, audiensnya adalah siswa SMA. Sehingga kami mengusulkan supaya acaranya dibuat lebih menarik, yaitu dengan nonton film bareng yang ada hubungannya dengan 3R. Film yang kami tawarkan adalah film Addicted to Plastic. Hanya dalam waktu 3 hari, kami segera mengontak anggota komunitas yang bisa siaga melaksanakan undangan. Untunglah, ada 3 orang anggota yang siap “meracun” teman0teman SMA Al Bidayah dengan “virus” mengurangi plastik. Mereka adalah Sawung, Taruna dan Anil. Oiya, ditambah bala bantuan dari Ganesha Hijau yaitu Fariz yang membantu mendokumentasikan kegiatan.
Tibalah saatnya kami beraksi 🙂 Pagi-pagi jam 7 kami berangkat dari Bandung menuju Cangkorah. Tepat pada pukul 08:00 acara dimulai dengan pembukaan dan sambutan-sambutan. Kemudian kami segera memulai acara MARKINON ini dengan memberikan pengantar tentang gambaran isi dari film. Film yang akan diputar menggambarkan kebergantungan manusia terhadap plastik, asal muasal plastik, bahaya plastik dan cara yang tepat untuk menyikapi plastik.
Eng ing eng, mulailah kegiatan menonton 🙂
Setelah selesai menonton, kami lalu ngobrol-ngobrol dengan peserta. Nah tapi, ketika ditanya apa kesannya setelah nonton, teman-teman dari SMA Al Bidayah tidak ada yang berani berbicara. Kalaupun berani, maka berani menyuruh orang lain heuheu….
Akhirnya duet Anil dan Taruna membagi peserta menjadi 4 blok (2 area depan, 2 area belakang). Dan dari setiap area tersebut, diminta 1 orang perwakilan untuk mengungkapkan kesan yang ditangkap setelah menonton. Hmmm, tetap malu-malu juga ternyata. Akhirnya kami berdua yang aktif bertanya kepada perwakilan blok. Mulai dari memancing kesan siswa dan kemudian menanyakan hal apa yang bisa dilakukan untuk mulai mengurangi plastik. Ada yang siswa yang merasa jijik melihat plastik, ada juga yang baru tahu tentang berbahayanya plastik, ada yang berpikir untuk memasukkan langsung belanjaan ke tas, meminta gorengan dibungkus memakai kertas saja, juga ada terpikir untuk menggunakan ulang gelas plastik. Wah, ternyata bila dipancing-pancing, bisa juga keluar ide-idenya 🙂
Kemudian Anil dan Taruna memberikan panduan yang tepat dalam menyikapi plastik. Kuncinya ada di R yang pertama dari 3R yaitu REDUCE alias mengurangi penggunaan plastik dari awal. Beberapa contoh pengurangan plastik adalah seperti pengurangan kertas nasi, pengurangan penggunaan sedotan, dan juga pengurangan penggunaan kantong keresek baru yang diganti dengan kantong kain/keresek bekas/langsung masuk tas bila barang yang dibeli kecil. Juga diberikan jurus jitu ketika membeli makanan jadi supaya tidak menghasilkan sampah. Bila perlu membawa makanan tersebut maka disarankan menggunakan kotak makanan. Sawung menambahkan bahwa selain melakukan kegiatan pengurangan plastik masing-masing, juga perlu disertai dengan upaya mendorong kebijakan yang mendukung pengurangan plastik.
Teman-teman MARKINON pun mengingatkan bahwa usaha untuk mengurangi penggunaan plastik adalah pilihan. Apakah mau dilakukan atau tidak. Juga apakah upaya pengurangan plastik tersebut mau dimulai segera atau akan dilakukan secara bertahap. Namun semua itu ada konsekuensinya. Bila kita tidak segera mengurangi penggunaan plastik, apalagi plastik yang hanya sekali pakai, maka ada berbagai resiko yang akan dihadapi. Mulai dari penumpukan sampah plastik, sampai ke bahaya kesehatan yang seperti digambarkan dalam film.
Kemudian acara ditutup dengan pengenalan alat pengomposan oleh Fariz. Alat tersebut merupakan sumbangan dari pemerintah kabupaten. Jadi, selain kita mengurangi penggunaan plastik, kita juga bisa mulai mengurangi penggunaan sampah organis (yang berasal dari hewan dan tumbuhan) dengan memisahkan dan mengkomposnya.
Demikian acara MARKINON hari ini. Kami pun bubar jalan. Namun sebelum pulang, kami diajak untuk melihat PPLCB (pihak pengundang). Letaknya sekitar 2 KM dari sekolah. Wah, kami sangat terkesan dengan minat baca anak-sekitar 25 anak SD yang sedang ada di perpustakaan. Buku yang ada hanyalah 1 rak saja. Tapi anak-anak dengan tekun membaca buku dan majalah yang ada. Ternyata mereka di rumahnya memang tidak memiliki buku cerita dan di sekolahpun tidak ada perpustakaan. Silakan bagi yang berminat menyumbangkan buku kepada mereka 🙂
Demikianlah petualangan MARKINON hari ini. Kami kemudian diangkut kembali ke Bandung menggunakan mobil panitia. Sampai berjumpa di MARKINON selanjutnya.