Itu bukan semata-mata bencana alam. Setidaknya, dalam dua abad terakhir, berbagai aktivitas manusia diyakini mempercepat munculnya dampak pemanasan global. Industrialiasi, penggunaan kendaraan bermotor, pemenuhan kebutuhan energi rumah tangga, yang semuanya sulit dilepaskan dari bahan bakar fosil, serta kegiatan lain yang berhubungan dengan penggundulan hutan ialah sejumlah aktivitas yang menghasilkan gas karbondioksida, lalu terakumulasi menjadi gas rumah kaca.
Untuk mengendalikan dampak negatifnya, sebenarnya sudah jamak diketahui banyak orang, namun tentunya perlu terus diingatkan. Salah satu upaya relatif mudah yang bisa dilakukan ialah melalui penanaman pohon. Menurut penelitian, satu pohon saja akan menyerap satu ton karbon dioksida di bumi selama masa hidupnya.
Kini, satu software komputer bernama kalkulator karbon bisa dipakai secara luas untuk menumbuhkan kesadaran tentang penyebab pemanasan global. Software kalkulator karbon itu dikembangkan oleh Ecological Footprint Network di Amerika Serikat. Di Indonesia, software itu diadaptasi dan disesuaikan dengan kondisi lokal Indonesia oleh tim dari majalah Greeners dan Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB).
Software itu mampu menghitung produksi karbon yang dikeluarkan manusia dari penggunaan transportasi, energi memasak, dan energi listrik yang dipergunakan sehari-hari, serta jumlah kompensasi menanam pohon yang harus kita bayar. Semakin besar jumlah karbon yang dihasilkan seseorang, semakin banyak pula pohon yang harus ditanamnya.
Menurut Syaiful Rochman, Pemimpin Umum majalah Greeners, akhir-akhir ini istilah pemanasan global menjadi populer dan didiskusikan banyak kalangan. Akan tetapi, kerap kali penjelasan mengenai pemanasan global terlalu teknis dan kompleks sehingga banyak orang masih kurang peduli. “Ini cara baru agar orang lebih bisa mengerti tentang pemanasan global. Dari kehidupan sehari-hari kita itu berpengaruh, sekarang bagaimana berupaya me-reduce impact-nya,” kata Syaiful.
Keberadaan software ini semakin disosialisasikan secara luas lewat acara bertajuk “Actnow! Commitment Gathering 2008 Towards a Low Carbon Society” di Sabuga, Bandung , Juni lalu. Aksi ini melibatkan 4.012 siswa SMA di Kota Bandung untuk mengikuti tes kalkulator karbon, yang memecahkan rekor Muri.
Dikatakan Syaiful, software ini memang masih dalam tahap awal pengembangan. Untuk Indonesia, parameternya disesuaikan dengan gaya hidup dan situasi yang ada. Misalnya, bepergian menggunakan pesawat terbang menjadi kebiasaan orang di Amerika, makanya itu menjadi salah satu aspek yang dihitung. Namun, hal itu tidak diterapkan di Indonesia .
Sampai kini, software itu menggunakan tiga parameter yaitu penggunaan BBM pada kendaraan pribadi, penggunaan gas elpiji, dan jumlah penggunaan energi listrik yang berjalan selama setahun. Cara mengoperasikan software itu tergolong mudah. Syaiful menjelaskan, software tersebut akan terus disempurnakan. Misalnya, membuat lebih detail tentang profesi dan posisi seseorang atau perusahaan, dikaitkan dengan produksi karbonnya. Termasuk menghitung gas emisi karbon yang disebabkan rokok, bahkan yang dihasilkan napas manusia. “Masih perlu kritik dan saran. Sampai akhir tahun, semoga lebih sempurna lagi,” kata Syaiful.
Menurut Syaiful, tidak mempunyai lahan cukup untuk menanam pohon bukanlah alasan karena pohon itu bisa pula berbentuk tanaman hias, atau disumbangkan pada taman nasional, misalnya. “Yang terpenting adalah komitmen untuk terlibat,” katanya. Software ini diakses oleh siapa pun tanpa biaya. Hal ini dilakukan agar masyarakat, terutama anak muda, sadar akan degradasi lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Bagi yang tertarik, bisa mengunduh secara bebas dari www.greeners.or.id.
Beras merupakan salah satu bahan pangan di Indonesia, karena beras merupakan bahan pokok utama. Beras juga merupakan sumber utama pemenuhan gizi yang terdiri dari kalori, protein,
Peluang khusus untuk bergabung menjadi Relawan Trainer YPBB kembali dibuka! YPBB percaya bahwa upaya penyelamatan lingkungan dan keberlanjutan bumi bisa berhasil bila masyarakat ikut terlibat
Hai Sobat Organis… Kami Yayasan Pengembangan Biosains Bioteknologi (YPBB) ingin mengabarkan berita gembira, bahwa berdasarkan Akta Pendirian yang dikeluarkan oleh NOTARIS DAN PEJABAT
Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit. Peribahasa yang kerap kali digunakan untuk memotivasi orang menabung, agaknya menjadi sebuah perumpamaan sistem pengumpulan sampah
Bagi para ibu rumah tangga, pasti sudah akrab dengan Mang Sampah atau Tukang Sampah. Ya, Mang Sampah atau Tukang Sampah adalah sebutan khas Bandung Raya bagi
“Sepatu boots” adalah jawaban paling banyak dilontarkan para petugas pengumpul sampah ketika ditanya benda yang paling disukai dari paket yang dibagikan. “Untuk pengangkutan sampah
Kepedulian akan kebersihan lingkungan dan gaya hidup yang minim sampah mulai diminati oleh banyak kalangan. Bukan hanya anak muda, ibu-ibu juga mulai mempelajarinya karena mereka sadar
( Dokumentasi YPBB ) Sejak 26 Maret 2020, YPBB mulai melakukan penggalangan dana untuk memberikan sarana Alat Pelindung Diri (APD) kepada para petugas sampah. Tanpa kami
Bandung, 8 April 2020 YPBB menggalang donasi sebesar Rp 30.600.000,- untuk mendukung 340 petugas pengelola sampah di Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandungyang selama ini
Sebuah hak istimewa saat kita berkesempatan untuk #dirumahaja untuk mencegah penyebaran Covid-19. Namun ada orang-orang yang tetap perlu bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan
Pada penghujung tahun 2019 lalu, tepatnya pada bulan November dan Desember. Pelatihan ZWL (Zero Waste Lifestyle) yang diadakan oleh YPBB masih didominasi oleh permintaan dari
(Sumber Foto : Dokumentasi YPBB) Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tanggal 21 Februari 2020 merupakan sebuah momen peringatan untuk mengenang kejadian luar biasa mengenai bencana longsor