Pada tanggal 6 sampai 13 Februari 2021 telah diselenggarakan lomba untuk para blogger dengan tema Zero Waste Cities. Ratusan blogger yang tertarik dipersilakan memilih satu dari 3 topik utama yang ditawarkan. Topik utama tersebut adalah :
1) Zero Waste Cities dapat meningkatkan kualitas hidup petugas sampah,
2) Zero Waste Cities mendorong tanggung jawab pemerintah untuk pengelolaan sampah dari kawasan,
3) Zero Waste Cities menghidupkan siklus material di kawasan.
Lomba blogger tersebut difasilitasi dengan penyelenggaraan webinar seputar Zero Waste Cities agar para peserta memahami tema utama yang dibahas, yaitu Zero Waste Cities. Para peserta sangat antusias mengikuti webinar, bahkan melontarkan banyak pertanyaan yang menarik seputar program Zero Waste Cities.
Antusiasme tersebut tercermin dengan baik pada kualitas tulisan para blogger yang lolos menjadi finalis lomba ini. Pada tanggal 23 Februari 2021, telah terpilih 6 blogger dengan tulisan terbaik sebagai pemenang lomba blogger. Profil mereka pun telah diterbitkan di situs GAIA (Global Alliance for Incinerator Alternative). Kini, kami akan kupas sedikit tulisan dari para finalis, khususnya finalis 3 besar lomba blogger Zero Waste Cities.
Peningkatan Kualitas Hidup Petugas Sampah
Febrina Aulia adalah blogger yang berkesempatan untuk meraih peringkat 3 di lomba blogger Zero Waste Cities. Pada tulisan yang dipublikasikan di blog pribadinya, Febrina menuliskan bagaimana petugas sampah dapat merasakan perubahan yang baik dari adanya pengelolaan sampah terpilah.
Febrina menguraikan, bahwa petugas sampah bisa mendapatkan berbagai macam manfaat dari pengelolaan sampah terpilah, seperti adanya insentif tambahan untuk menunjang kebutuhan hidup, hingga dampak nyata seperti berkurangnya bau sampah yang melekat di tubuh petugas sampah.
Dalam tulisannya, ia menggambarkan seorang petugas sampah yang setiap hari menggunakan angkot untuk pulang dan pergi bekerja, yang seringkali membuat penumpang lain menutup hidung karena bau yang melekat di bajunya. Kabar baiknya, setelah adanya pengelolaan sampah terpilah di kawasan tempat petugas sampah itu bekerja, bau di bajunya sudah berkurang dan tak lagi mengganggu.
Mendorong Tanggung Jawab Pemerintah pada Pengelolaan Sampah di Kawasan
Lain dengan Febrina, Yuni Andriani memilih untuk menuangkan tulisannya dalam topik yang berkaitan dengan peran pemerintah dalam pengelolaan sampah kawasan. Yuni mengawali tulisannya dengan landasan-landasan hukum yang telah dimiliki Indonesia untuk mencapai pengelolaan sampah yang baik.
Ia pun menambahkan, bahwa kawasan model Zero Waste Cities di Kota Bandung dan Kota Cimahi adalah percontohan yang baik untuk dukungan pemerintah dalam pengelolaan sampah di kawasan. Tak lupa, Yuni pun menyertakan data-data yang interaktif yang membawanya menjadi finalis peringkat kedua di lomba ini.
Melalui tulisannya, Yuni pun menumpahkan keprihatinannya akan dukungan pemerintah yang belum merata di semua daerah. Hal ini terlihat dari fasilitas yang belum cukup memadai untuk mengelola sampah dengan baik. Keadaan bertambah buruk dengan rendahnya kesadaran masyarakat akan sampah, sehingga masih banyak sampah tercecer.
Yuni mengungkapkan, Zero Waste Cities adalah solusi alternatif yang layak dipertimbangkan, sebab sampah sudah dikelola sejak awal. Rumah tangga sudah didorong untuk memilah sejak awal, sehingga selanjutnya sampah terpilah hanya perlu difasilitasi dengan sarana pengolahan sampah yang sesuai dengan jenisnya. Ia pun berharap agar Zero Waste Cities dapat diadopsi di kota tempat ia tinggal.
Pengelolaan Sampah yang Menghidupkan Siklus Tertutup di Kawasan
Gaya Donny Suryanto menuliskan sudut pandangnya akan Zero Waste Cities terasa mendalam dan berhasil membuat juri memilihnya sebagai pemenang utama lomba blog Zero Waste Cities. Ia mengangkat topik siklus tertutup dalam tulisannya.
Hobi Donny sebagai backpacker membuatnya mampu menggali dan menjelaskan masalah sampah berdasarkan pengalamannya mengunjungi berbagai negara di Asia. Setelah mengetahui tentang konsep Zero Waste, Donny memahami bahwa kedisiplinan membuang sampah yang ia amati di beberapa negara, tidak cukup untuk membawa perubahan pada pengelolaan sampah secara menyeluruh.
Praktik membuang sampah dengan disiplin, dan sesuai tempatnya, masih mendukung konsep metabolism linier. Donny mengasumsikan bahwa metabolisme yang dimaksud adalah siklus materi. Pada metabolisme linier, sebagian materi yang dikonsumsi akan berubah menjadi sampah, yang kemudian dibuang tanpa bisa terolah.
Sementara itu, Zero Waste menawarkan solusi metabolism sirkuler atau dapat juga disebut sebagai siklus materi tertutup. Pada siklus materi tertutup, materi sisa konsumsi tidak dibuang begitu saja, melainkan dimanfaatkan sesuai dengan jenisnya untuk keperluan konsumsi kembali.
Dalam Zero Waste Cities, konsep siklus materi tertutup tercermin pada upaya pemilahan dan pengomposan sejak di kawasan. Pemilahan sampah di sumber membantu memisahkan sampah berdasarkan jenisnya sehingga dapat dikelola dengan tepat. Sementara itu, khusus sampah organik, sangat disarankan agar ada upaya pengomposan di area kawasan, sebab siklus tertutup berarti mengembalikan yang telah diperoleh ke asalnya, untuk kemudian dapat dimanfaatkan kembali.
Sampah organik akan berubah menjadi kompos yang kaya akan nutrien untuk mengembalikan kesuburan tanah. Diharapkan, warga dapat menggunakan kompos untuk menanam tanaman sayur-mayur atau buah-buahan, yang dapat diambil manfaatnya untuk masyarakat setempat.
Zero Waste Cities Sebagai Solusi yang Layak Dipertimbangkan
Melalui serangkaian kegiatan lomba blogger, para finalis dapat menjelaskan berbagai aspek yang dapat dicapai melalui Zero Waste Cities. Tidak hanya soal sampah yang terkelola dengan lebih baik, namun juga mendorong partisipasi dari berbagai elemen dan membawa kebaikan baik bagi petugas sampah maupun lingkungan sekitar.
Yuk sudah saatnya pertimbangkan kawasan Anda untuk adopsi Zero Waste Cities!
Grafik komposisi sampah: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/ (4 Februari 2024) Seperti yang dapat kita lihat pada grafik di atas, sisa makanan masih merajai komposisi sampah di Indonesia. Rumah
Kamis, 25 Januari 2024 Situasi krisis sampah yang terjadi pasca kebakaran Tempat Pembuangan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS) Sarimukti pada bulan Agustus 2023, menjadi momentum
Tanggal 5 Juni 2023 merupakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Hari tersebut ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Penetapan tersebut agar dapat meningkatkan kesadaran dan
(Dokumentasi : Kegiatan Waste Analysis and Characterization Study (WACS) dan Brand Audit (BA). Kegiatan berada di kawasan berpengelola Kota Cimahi 2022 bersama staf dan relawan YPBB)
Belajar memperbaiki barang membutuhkan waktu dan dedikasi, tetapi itu bukan tidak mungkin. Alih-alih membeli yang baru, sebetulnya kamu dapat meningkatkan umur panjang perangkat atau barang
Pemanasan global merupakan isu yang muncul sejak beberapa dekade terakhir. Bumi menghangat dan kini kenaikan suhunya diperkirakan mencapai lebih dari 1.5⁰C jika tak ada upaya yang
Tidak terbayang rasanya jika di perumahan kita tidak ada petugas sampah. Meski tampaknya hanya mengangkut sampah dari setiap bak sampah di rumah kita, ada fakta lain
YPBB menyelenggarakan pelatihan online Rencana Teknis Pengelolaan Sampah (RTPS) untuk Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpilah dan Terdesentralisasi secara daring pada Rabu hingga Jum’at, 20
Tata kelola persampahan di Kota Bandung yang mengusung prinsip Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan (Kang Pisman) masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Pengembangan program Zero Waste Cities
YPBB kembali mengadakan Training of Trainers (ToT) Zero Waste Lifestyle di penghujung Tahun 2021. Agenda ini dilakukan dalam rangka menyiapkan para trainer untuk dapat memberikan
Peluang khusus untuk bergabung menjadi Relawan Trainer YPBB kembali dibuka! YPBB percaya bahwa upaya penyelamatan lingkungan dan keberlanjutan bumi bisa berhasil bila masyarakat ikut terlibat
Zero Waste Cities hadir sebagai solusi persoalan sampah di Indonesia dengan 3 prinsip, yaitu pemilahan sampah dari rumah, sistem pengumpulan terpilah dan pengomposan sedekat mungkin dari