Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, American Corner Universitas Andalas mengundang Divisi Kampanye Zero Waste YPBB untuk menyelenggarakan Pelatihan Zero Waste Lifestyle di kalangan mahasiswa. Pelatihan yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai jurusan tersebut digelar secara hybrid pada Sabtu, 8 Juni 2024, bertempat di Perpustakaan Universitas Andalas lantai 2 secara luring, dengan difasilitasi oleh para trainer yang mengisi pelatihan secara daring melalui Zoom Meeting.
Pelatihan ini terbagi ke dalam dua sesi penyampaian materi. Pada sesi pertama trainer ZWL, yaitu Nutriana Rizka mengajak para mahasiswa untuk berdiskusi mengenai perjalanan sampah kita selama ini. Rizka menuturkan bahwa sampah tidak benar-benar hilang dari rumah kita, namun hanya berpindah tempat baik ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), maupun terbuang tanpa terkelola di alam.
Rizka juga menyampaikan, pengelolaan sampah di Indonesia dilakukan secara tersentralisasi dengan metode kumpul-angkut-buang. Sampah dikumpulkan tanpa dipilah terlebih dahulu sejak dari sumber (rumah tangga), lalu diangkut oleh petugas kebersihan, kemudian dibuang ke TPA. Praktik pengelolaan sampah dengan metode ini telah menimbulkan banyak krisis hampir di seluruh TPA di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah tragedi longsor sampah di TPA Leuwigajah tahun 2005, longsor sampah di TPA Cipeucang, hingga terbakarnya TPA Sarimukti – Bandung Barat pada akhir tahun 2023 silam. Beberapa video dokumentasi mengenai kondisi “Bandung Darurat Sampah” pun turut ditampilkan guna memberikan pemahaman secara visual kepada para peserta.
“Solusi terbaik dari pengelolaan sampah di Indonesia adalah desentralisasi, agar sebanyak mungkin sampah dapat terkelola di kawasan (RW, Kelurahan) dan semakin sedikit sampah yang terbuang ke TPA,” tutur Rizka.
Pada kesempatan tersebut, Rizka juga menerangkan bahwa sampah terbanyak di TPA adalah sampah organik yang mencapai 60%, sedangkan sampah non-organik sebanyak 40%. Meski begitu, berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengatasinya, di antaranya memilah sampah sejak membuang (bahan organik dan non-organik); memanfaatkan sampah organik untuk diolah sebagai kompos atau pakan ternak; dan mendaur ulang bahan non-organik dengan menyerahkannya kepada pihak yang dapat mengelola (tukang rongsok, bank sampah dan lain-lain).
Sesi berikutnya diisi oleh trainer ZWL yang kedua yakni Aini Bening Srikandi yang akrab disapa Bening. Pada pemaparannya, Bening menjelaskan mengenai berbagai metode pengomposan yang dapat disesuaikan dengan kondisi tempat tinggal. Nyatanya, mengompos tetap bisa dilakukan dengan praktis meskipun kita tinggal di rumah dengan halaman yang sempit maupun tidak ada halaman sama sekali, seperti dengan lubang resapan biopori, komposter pot, takakura, juga komposter karung. Pemaparan juga dilengkapi dengan berbagai video tutorial menarik yang semakin memudahkan peserta memahami tahap demi tahap dalam mengompos.
“Bahkan dengan lahan sempit sekalipun kita tetap bisa mengompos, lho. Namun perlu diingat juga bahwa dalam hirarki pengelolaan sampah, hal yang paling utama adalah mencegah sampah. Hal ini bisa kita mulai dengan membuat perencanaan belanja, memasak secukupnya, menghabiskan makanan, baru setelah itu donasikan makanan berlebih dan komposkan sisanya. Kita semua bisa kok berkontribusi mengatasi masalah sampah kota. Zero Waste is possible!,” Ujar Bening.
Meskipun digelar secara hybrid, mahasiswa yang terlibat dalam pelatihan terlihat sangat kritis dan antusias. Mahasiswa terlibat aktif melontarkan pertanyaan dan berdiskusi mengenai berbagai hal, mulai dari aspek kebijakan persampahan, tata kelola lahan TPA, pencegahan sampah plastik, hingga praktik penerapan Zero Waste Lifestyle di kalangan Gen-Z.
Davi, salah satu peserta pelatihan juga menyampaikan keinginannya untuk mulai mengompos di rumah. “Setelah mengikuti pelatihan ini, saya tertarik untuk mencoba mengompos dengan metode takakura karena di rumah saya ada keranjang bekas yang bisa dipakai. Semoga saya bisa mulai menerapkannya di rumah,” Ujar Davi.
Harapannya, melalui Pelatihan Zero Waste Lifestyle ini. Para mahasiswa dapat memaknai peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dengan lebih mendalam, memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang kondisi riil persampahan di Indonesia dan menjadi pelopor dalam menerapkan gaya hidup zero waste di level individu.
Tim Penulis: Asri Nurvadyani (Staf Humas Zero Waste)
Sumber foto:
Dokumentasi milik American Corner Universitas Andalas
Dokumentasi YPBB milik Anilawati Nurwakhidin
Dokumentasi YPBB milik Asri Nurvadyani
YPBB melalui Divisi Pengelola Sumber Daya (PSD) kembali menggelar pelatihan Zero Waste Lifestyle dalam rangka peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pelatihan ini merupakan program
Dokumentasi keseruan pendidikan lingkungan dan pelatihan pengelolaan sampah di acara CAPABLE (Capacity Building for Sustainable Living) (Sumber: Dokumentasi IBEKA) Sabtu, 13 Juli 2024, YPBB
Pernahkan Sobat Organis membayangkan sampah organik menjadi suatu cairan yang bermanfaat? Bahkan bisa digunakan sebagai karbol, sabun cair alami, penjernih udara alami, pembersih rumah tangga
Beberapa tahun ke belakang, masyarakat di Bandung sempat beberapa kali merasa resah karena sampah-sampah di rumahnya tak kunjung diangkut. Hal ini merupakan imbas dari kondisi Bandung
Pada Sabtu, 11 Februari 2023, Partai Hijau Indonesia (PHI) bekerjasama dengan YPBB menghelat pelatihan Zero Waste Lifestyle (ZWL). Acara tersebut yang dihadiri oleh 35 orang peserta
YPBB merupakan sebuah lembaga non profit yang aktif mempromosikan pola hidup organis, yaitu pola hidup yang selaras dengan alam dan hukum alam. Pola hidup ini diyakini akan