Isu perubahan iklim yang berdampak pada penipisan lapisan ozon seringkali dianggap sebagai angin lalu ataupun berita bohong. Nyatanya, tepat pada hari ini 35 tahun yang lalu, negara-negara di dunia telah merumuskan bagaimana pemecahan dan solusi atas permasalahan tersebut. Sehingga pada tanggal 16 September 1987, ditandatangani suatu traktat internasional yang bertujuan untuk melindungi lapisan ozon.
Traktat tersebut dikenal dengan nama Protokol Montreal, sebuah traktat internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi sejumlah zat yang diyakini sebagai penyebab atas berkurangnya lapisan ozon bumi. Persetujuan ini ditandatangani oleh 197 negara di Ville de Montreal, Kanada. Dan mulai berlaku untuk dijalankan sejak 1 Januari 1989.
Meski telah mengalami lima kali revisi, perjanjian internasional ini membuahkan hasil yang nyata, yakni secara perlahan lubang ozon yang berlokasi di Antartika mulai pulih. Setelah revisi yang kedua pada tahun 1990 di London, Indonesia resmi meratifikasi Protokol Montreal. Dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (KEPPRES) No. 23 Tahun 1992.
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK Laksmi Dewanthi pada Peringatan Hari Ozon Sedunia tahun 2022 menyatakan tengah menyiapkan Amandemen Kigali sebagai bagian dari pemenuhan Protokol Montreal. Amandemen Kigali merupakan tambahan pengaturan baru yang berisi aturan pengurangan konsumsi HFC yang sering digunakan dalam mesin penyejuk ruangan dan refrigeran. Melalui Amandemen Kigali diharapkan dapat meningkatkan efisiensi energi sehingga dapat memperlambat gangguan atmosfer dan iklim.
Proyeksi iklim menunjukkan bahwa lapisan ozon akan kembali ke tingkat 1980 antara tahun 2050 dan 2070. Bahan Perusak Ozon (BPO) seperti kelompok senyawa hidrokarbon halogen yang mengandung klorin dan bromin dikendalikan aturannya oleh Protokol Montreal. Amandemen Kigali untuk Protokol Montreal telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1992. Pada amandemen tersebut memandatkan negara-negara yang meratifikasi perjanjian untuk menghapuskan HFC secara bertahap sampai dengan 80% pada tahun 2040.
Karena ini adalah fenomena global, perjanjian itu mencatat bahwa masing-masing negara tidak dapat mengatasi penipisan lapisan ozon sendiri,dibutuhkan kerjasama antar negara. Selain, membatasi dan mengurangi penggunaan BPO salah satu upaya yang tengah dilakukan oleh negara-negara di dunia adalah penanaman pohon, baik reforestasi atau aforestasi. Reforestasi adalah penanaman pohon kembali di wilayah yang sebelumnya sudah tumbuh pohon, sedangkan aforestasi adalah menanam pohon di wilayah yang sebelumnya belum ditanami pohon. Dengan menanam pohon dalam jumlah besar, negara-negara tersebut berharap bisa menurunkan suhu
Pada rangkaian forum COP-26 di Glasgow, Russia, November 2021. Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mencapai target NDC di tahun 2030 dengan melakukan skenario Low-Carbon Compatible with Paris Agreement (LCCP) di tahun 2060 dengan komitmen utamanya FOLU Net Sink 2030, penurunan laju deforestasi, penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan, dan aksi nyata iklim lainnya.
Mengingat di Indonesia, sektor lahan masih jadi penyumbang terbesar dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GRK), besarannya sekitar 36 persen. Selanjutnya ada sektor energi dan limbah yang sukses menekan emisi GRK sebesar 8 dan 10%.
United Nations Environment Programme (UNEP) dan The World Meteorological Organization (WMO) selaku tim panel akan memperbaharui dan merilis dokumentasi ozon setiap empat tahun sekali.
Michel Jarraud Sekretaris Umum WMO pada Scientific Assessment of Ozone Depletion tahun 2014 menyatakan, bahwa untuk melindungi kehidupan bumi bagi generasi yang akan datang, para pembuat kebijakan haruslah saling mendukung.
“Ini harus mendorong kita untuk menunjukkan tingkat urgensi dan persatuan yang sama untuk mengatasi tantangan perubahan iklim yang lebih besar. Penilaian terbaru memberikan ilmu pengetahuan yang kuat kepada pembuat kebijakan tentang hubungan rumit antara ozon dan iklim dan perlunya langkah-langkah yang saling mendukung untuk melindungi kehidupan di bumi untuk generasi mendatang,” ujar Michel.
Tanpa adanya Protokol Montreal dan perjanjian terkait mengenai perubahan iklim, lapisan ozon stratosfer yang merupakan perisai gas rapuh mungkin tidak dapat melindungi bumi dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya. Kadar zat perusak ozon di atmosfer dapat meningkat sepuluh kali lipat pada tahun 2050. Protokol Montreal diharapkan akan mencegah 2 juta kasus kanker kulit setiap tahun pada tahun 2030. Kemudian, mencegah kerusakan pada mata manusia dan sistem kekebalan tubuh. Serta satwa liar dan pertanian yang dilindungi.
Selain berdampak pada kesehatan, lapisan ozon yang menipis juga berpengaruh pada ekosistem. Alur pertukaran karbondioksida di atmosfer dan biosfer akan terganggu. Tidak hanya manusia, hewan dan tumbuhan pun akan sengsara. Sinar ultraviolet dapat menembus air laut yang jernih dan mengganggu kehidupan biota laut. Pun dengan pertumbuhan dan fotosintesis pada tanaman, sehingga akan berdampak pula pada rantai makanan, baik di daratan maupun di laut.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim sebagai delegasi Indonesia pada pertemuan Resumed 37th Open Ended Working Group (OEWG-37) of the Parties to the Montreal Protocol, 38th Open Ended Working Group (OEWG-38) of the Parties to the Montreal Protocol And 3rd Extraordinary Meeting of Parties to the Montreal Protocol yang digelar di Wina, Austria pada tahun 2016 ikut membahas upaya global pengurangan Hydrofluorocarbon (HFC) yang akan diatur oleh Protokol Montreal, baik aturan konsumsi maupun produksinya.
Permasalahan mengenai HFC cukup kontroversial, pasalnya di Indonesia HFC merupakan salah satu bahan yang digunakan industri dalam proses produksinya. Sehingga perlu diperhitungkan jarak waktu ketersediaan teknologi alternatif pengganti substansi HFC. Karena Indonesia menginginkan teknologi pengganti dapat meningkatkan efisiensi energi bagi produk yang dihasilkan. Meski belum termasuk ke dalam Bahan Perusak Ozon (BPO), HFC memiliki potensi menyumbang pemanasan global dengan nilai yang bervariasi dari 4 sampai 12.400. Terlebih jika penggunaannya tidak diatur.
HFC merupakan Gas Rumah Kaca (GRK) yang umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti pendingin dan penyejuk udara (AC), insulasi bangunan, sistem pemadam kebakaran dan juga aerosol. Oleh karenanya, potensi itulah yang meningkatkan kekhawatiran akan permasalahan baru terhadap perubahan iklim. Sementara permintaan akan peralatan baru terutama pada sektor pendingin atau AC terus bertumbuh seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.***
Referensi :
https://tekno.tempo.co/read/1144456/panel-protokol-montreal-lapisan-ozon-membaik-sembuh-pada-2060
https://profillengkap.com/Protokol_Montreal
https://budisma.net/biologi/ekosistem/3-dampak-penipisan-lapisan-ozon-terhadap-bumi.html
https://news.detik.com/dw/d-4663990/bagaimana-negara-negara-di-dunia-melawan-perubahan-iklim
Bagi sebagian orang, membawa botol minum guna ulang atau yang dikenal dengan tumbler merupakan hal yang merepotkan. Selain menambah beban dalam tas, membawa tumbler juga memerlukan
Sampah sisa makanan masih mendominasi komposisi timbulan sampah di Indonesia . Bahkan sering langganan ranking tinggi dalam wasting most food secara internasional. Sampah sisa makanan
Grafik komposisi sampah: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/ (4 Februari 2024) Seperti yang dapat kita lihat pada grafik di atas, sisa makanan masih merajai komposisi sampah di Indonesia. Rumah
Halo Sobat Organis! Polusi udara menjadi salah satu masalah serius yang mengancam kesehatan manusia dan lingkungan kita. Menurut data terbaru, polusi udara merupakan salah satu faktor
Idul Adha merupakan salah satu momen penting yang kerap kali dirayakan oleh seluruh umat muslim di dunia. Sehingga euforia perayaan Idul Adha juga, tentunya juga dirasakan
Membawa botol minuman sendiri, atau yang kerap disebut tumbler saat ini menjadi sebuah tantangan. Walaupun saat ini beberapa orang memulai habit baru dengan membawa tumbler kemanapun
Udah pada tau belum sobat organis, Bandung Raya lagi-lagi mengalami darurat sampah. Terjadinya krisis tersebut membuat YPBB di tahun ini tidak melakukan acara apapun untuk memperingati
Tidak banyak yang tahu bahwa 26 November diperingati sebagai Hari Tanpa Belanja. Hari Tanpa Belanja bertujuan untuk memberikan kesadaran masyarakat agar mereka lebih peka terhadap apa
Studi dari penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan mengenai gletser dunia di masa depan. Diperkirakan pada tahun 2100 mendatang, gletser dunia akan menghilang dari peradaban. Penyebab
Maggot atau yang dikenal dengan belatung, merupakan hewan yang sering dianggap menjijikan namun ternyata memiliki manfaat yang luar biasa. Tak disangka ternyata maggot dengan jenis Black
Air hujan yang biasanya dianggap berkah bagi sebagian besar masyarakat, ternyata kini telah teridentifikasi mengandung partikel mikroplastik. Tentu saja hal ini mengejutkan berbagai pihak,